Menggali Keagungan Azab dan Pertolongan: Surat Az-Zumar Ayat 68

Surat Az-Zumar, yang berarti "Rombongan-Rombongan", adalah salah satu surat Makkiyah dalam Al-Qur'an yang penuh dengan peringatan, harapan, dan penjelasan mendalam mengenai keesaan Allah SWT, hari kiamat, serta balasan bagi orang-orang yang beriman dan yang mengingkari.

Di tengah pembahasan yang luas tersebut, terdapat ayat yang sangat kuat dan gamblang dalam menggambarkan hari pemisahan dan penghakiman, yaitu **Surat Az-Zumar ayat 68**. Ayat ini menyajikan gambaran visual yang mengerikan tentang apa yang akan terjadi ketika terompet sangkakala ditiup, memisahkan dunia yang fana dari keabadian yang hakiki.

Ilustrasi Tiupan Terompet di Hari Kiamat KEJUTAN BESAR

Teks dan Terjemahan Az-Zumar Ayat 68

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ

(Dan) diembuslah sangkakala, maka pingsanlah siapa yang di langit dan siapa yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian diembus sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit (untuk melihat).

Kengerian Tiupan Pertama Sangkakala

Ayat 68 dari Surah Az-Zumar ini secara gamblang menjelaskan dua fase penting dalam permulaan hari kiamat. Fase pertama dimulai dengan tiupan sangkakala (sur) oleh malaikat Israfil. Deskripsi yang diberikan sangat dramatis: "maka pingsanlah siapa yang di langit dan siapa yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah."

Pingsan atau mati mendadak ini adalah kehancuran total alam semesta yang kita kenal. Semua makhluk hidup, baik yang berada di dimensi langit (malaikat, jin, dan entitas gaib lainnya) maupun di bumi (manusia dan makhluk lainnya), akan diliputi rasa takut luar biasa yang berujung pada hilangnya kesadaran atau kematian. Ini adalah sinyal bahwa batas waktu kehidupan dunia telah usai.

Pengecualian bagi mereka yang dikehendaki Allah menekankan bahwa kekuasaan Allah absolut. Dalam tafsir, pengecualian ini sering merujuk pada malaikat pembawa tugas (seperti Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail sendiri), atau makhluk lain yang diberi izin untuk tetap sadar demi melaksanakan perintah Allah selanjutnya.

Kebangkitan Kedua: Menghadapi Kenyataan

Setelah fase kehancuran pertama, ayat ini melanjutkan dengan fase kedua yang sama pentingnya: "Kemudian diembus sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit (untuk melihat)." Tiupan kedua ini adalah tiupan kebangkitan (Ba'ats).

Ketika terompet kedua berbunyi, semua yang telah mati—dari Adam hingga manusia terakhir—akan dibangkitkan kembali dalam keadaan utuh dan sadar. Kata "tiba-tiba" (فَإِذَا) menyoroti kecepatan dan keagungan proses ini. Mereka yang tadinya tidak sadar kini berdiri tegak, namun bukan untuk melanjutkan kehidupan duniawi mereka, melainkan untuk menyaksikan.

Kata "melihat" (يَنظُرُونَ) di akhir ayat ini mengisyaratkan bahwa mereka akan menyaksikan kengerian, keagungan, dan keadilan Allah yang terwujud sempurna di padang mahsyar. Mereka tidak bisa lari atau berpaling dari pemandangan yang disuguhkan oleh Sang Pencipta.

Pelajaran Tauhid dan Persiapan

Makna mendalam dari Surat Az-Zumar ayat 68 adalah penegasan mutlak terhadap kekuasaan Allah yang tidak tertandingi. Tidak ada satu pun kekuatan, baik di bumi maupun di langit, yang mampu menahan atau menolak perintah-Nya saat Hari Pembalasan tiba. Ayat ini berfungsi sebagai peringatan keras agar manusia tidak terlena dengan kehidupan sementara dan melupakan tujuan penciptaan mereka.

Kisah tiupan sangkakala ini mengingatkan kita bahwa seluruh hiruk pikuk duniawi, kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan hanyalah sementara. Yang abadi adalah pertanggungjawaban di hadapan Yang Maha Kuasa. Ayat ini menuntut adanya persiapan spiritual, berupa keimanan yang teguh dan amal saleh yang konsisten, agar ketika tiupan kedua datang, kita termasuk golongan yang bangkit dalam keadaan gembira menyambut rahmat-Nya, bukan dalam ketakutan.

Memahami Az-Zumar 68 membantu menyeimbangkan rasa takut (terhadap azab) dan rasa harap (terhadap rahmat-Nya), mendorong jiwa untuk senantiasa berada di jalan ketaatan, karena waktu penundaan (dunia) akan segera berakhir dan penggantinya adalah keputusan final yang tidak bisa diubah.

🏠 Homepage