Visualisasi ayam pejantan yang mencapai bobot ideal.
Ayam pejantan, atau sering disebut ayam kampung super (AKS) atau ayam Joper (Jawa Super), telah menjadi komoditas peternakan yang sangat diminati. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam pejantan yang teksturnya lebih padat dan rasanya lebih gurih dibandingkan ayam broiler konvensional mendorong peternak untuk mencari titik optimal panen. Penentuan umur panen ayam pejantan adalah salah satu faktor krusial yang menentukan keberhasilan ekonomi usaha peternakan.
Tidak seperti ayam pedaging (broiler) yang memiliki standar umur panen sangat ketat (biasanya 30-35 hari), ayam pejantan menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, namun tetap memerlukan pertimbangan matang terkait efisiensi pakan dan bobot karkas.
Pemilihan waktu panen didasarkan pada beberapa pertimbangan utama. Peternak harus menyeimbangkan antara kecepatan pertumbuhan, efisiensi konversi pakan (FCR), dan harga jual di pasar. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan:
Target pasar merupakan penentu utama. Untuk kebutuhan rumah tangga atau restoran kelas menengah, bobot antara 0,8 kg hingga 1,2 kg sering menjadi incaran. Jika peternak menargetkan pasar premium atau restoran khusus yang mencari daging yang lebih berlemak dan tua, mereka mungkin memelihara ayam hingga mencapai 1,5 kg atau lebih. Mencapai bobot ideal ini biasanya membutuhkan waktu yang berbeda antar galur ayam pejantan yang digunakan.
Setiap hari tambahan pemeliharaan setelah bobot optimal tercapai cenderung meningkatkan biaya pakan tanpa memberikan peningkatan bobot yang sebanding. Pada fase akhir pertumbuhan, laju pertambahan berat badan mulai melambat sementara kebutuhan energi untuk pemeliharaan (bukan pertumbuhan) meningkat. Oleh karena itu, peternak yang berorientasi pada efisiensi akan memanen segera setelah FCR mulai meningkat signifikan.
Jika populasi ayam dalam kandang mulai menunjukkan gejala penurunan kesehatan atau kepadatan kandang sudah melebihi batas ideal, panen lebih cepat mungkin menjadi keputusan terbaik untuk mencegah kerugian total akibat penyakit masal. Kesehatan yang prima adalah prasyarat mutlak untuk mencapai potensi pertumbuhan maksimal.
Secara umum, ayam pejantan hibrida modern menunjukkan performa pertumbuhan yang cepat. Rentang umur panen yang paling sering diterapkan peternak adalah sebagai berikut:
Keputusan umur panen secara langsung memengaruhi kualitas produk akhir. Ayam yang dipanen pada usia terlalu muda (misalnya, di bawah 50 hari, meskipun jarang untuk pejantan murni) akan memiliki karkas yang kecil dan tulang yang belum sepenuhnya mengeras. Sebaliknya, ayam yang dipelihara terlalu lama (melebihi 120 hari) cenderung memiliki lebih banyak pengendapan lemak intramuskular dan jaringan ikat yang lebih alot, meskipun beberapa konsumen justru mencari karakteristik ini untuk masakan tertentu.
Untuk mendapatkan tekstur daging yang empuk namun beraroma ayam kampung kuat, mayoritas peternak profesional menyarankan untuk memantau pertumbuhan harian dan memastikan bahwa ayam mencapai bobot target mereka di kisaran 90 hari sebagai patokan awal sebelum menyesuaikannya dengan kondisi pasar spesifik mereka.