Ilustrasi sederhana perbedaan inti komposisi.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya kimia, pemahaman mengenai klasifikasi materi adalah fundamental. Dua kategori besar yang sering menjadi pembahasan adalah materi organik dan materi yang sering disebut sebagai **anorganik atau non organik**. Istilah "non organik" sejatinya adalah sinonim yang lebih modern untuk materi anorganik, yang mengacu pada semua zat yang tidak memiliki rantai atom karbon-hidrogen (C-H) sebagai tulang punggung strukturnya. Materi anorganik mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari mineral, logam, air, hingga garam-garam sederhana.
Secara historis, pemisahan ini sangat kaku. Dahulu, para ilmuwan percaya bahwa senyawa organik hanya dapat diciptakan oleh organisme hidup melalui "kekuatan vital." Keyakinan ini runtuh pada abad ke-19 ketika Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea (senyawa organik) dari amonium sianat (senyawa anorganik). Kejadian ini membuka pintu bagi ilmu kimia organik modern. Meskipun demikian, terminologi **anorganik atau non organik** tetap dipertahankan untuk memudahkan klasifikasi senyawa berdasarkan elemen dasarnya.
Perbedaan mendasar antara organik dan anorganik terletak pada keberadaan atom karbon yang terikat dengan hidrogen. Senyawa anorganik umumnya tidak memiliki ikatan C-H. Mereka sering kali terbentuk melalui proses geologis atau kimiawi yang tidak melibatkan kehidupan biologis, meskipun banyak senyawa anorganik juga berperan penting dalam sistem biologis (misalnya, air, garam mineral).
Ciri-ciri umum senyawa anorganik meliputi:
Contoh klasik dari senyawa **anorganik atau non organik** adalah natrium klorida (garam dapur), karbon dioksida, silikon dioksida (pasir), dan hampir semua jenis logam dan oksida logam.
Meskipun kimia organik sering mendapat sorotan karena hubungannya dengan kehidupan (protein, DNA, karbohidrat), materi **anorganik atau non organik** adalah fondasi dari planet kita dan banyak aspek teknologi. Tanpa senyawa anorganik, peradaban modern akan terhenti.
Dalam konstruksi, semen dan beton—yang utamanya terdiri dari kalsium silikat—adalah materi anorganik yang vital. Dalam bidang kesehatan, banyak obat-obatan esensial adalah senyawa anorganik, seperti garam lithium yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, atau senyawa berbasis platinum yang digunakan dalam kemoterapi. Industri elektronik sangat bergantung pada semikonduktor seperti silikon, yang merupakan elemen **non organik** murni.
Selain itu, atmosfer bumi didominasi oleh molekul anorganik seperti nitrogen (N2) dan oksigen (O2), sementara air (H2O) adalah pelarut universal yang memfasilitasi hampir semua reaksi kimia di dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu, meskipun secara struktural berbeda, batas antara organik dan **anorganik atau non organik** bukanlah batasan kepentingan, melainkan batasan struktural untuk memudahkan studi dan sintesis kimia.
Klasifikasi ini terkadang tidak sepenuhnya mulus. Ada beberapa senyawa yang mengandung karbon tetapi tetap diklasifikasikan sebagai anorganik karena strukturnya yang sangat sederhana atau tidak adanya ikatan C-H. Contohnya termasuk karbonat (seperti CaCO3), sianida, dan beberapa oksida karbon (seperti CO dan CO2). Senyawa-senyawa ini diperlakukan sebagai anorganik karena sifat kimia dan fisiknya lebih mirip dengan garam dan mineral, bukan seperti hidrokarbon kompleks yang menjadi ciri khas kimia organik.
Memahami perbedaan antara materi **anorganik atau non organik** dan organik membantu para ilmuwan memprediksi bagaimana suatu zat akan bereaksi, stabilitasnya, dan bagaimana ia dapat dimanfaatkan, baik dalam skala laboratorium maupun industri. Kedua bidang ini saling melengkapi dalam upaya kita memahami alam semesta material di sekitar kita.