Arbab adalah nama yang mungkin terdengar asing bagi banyak penikmat musik Barat, namun bagi mereka yang mendalami sejarah instrumen tradisional Timur Tengah dan Afrika Utara, nama ini menyimpan resonansi kuno. Arbab, dalam berbagai variasinya, merujuk pada kategori instrumen senar gesek yang memiliki akar sejarah yang sangat dalam, seringkali dianggap sebagai leluhur dari instrumen gesek modern yang kita kenal saat ini. Eksistensinya melintasi berbagai budaya, membawa melodi yang membawa kita kembali ke era-era awal peradaban musik.
Menelusuri asal usul Arbab bukanlah hal yang mudah karena istilah ini digunakan secara longgar untuk merujuk pada beberapa jenis alat musik gesek yang berbeda di berbagai wilayah, terutama di wilayah Arab dan sekitarnya. Secara umum, Arbab diklasifikasikan sebagai instrumen gesek dengan kotak suara (resonator) yang terbuat dari kayu atau terkadang tempurung kelapa, yang ditutupi dengan kulit hewan tipis. Instrumen ini dimainkan dengan busur yang digesekkan pada senarnya—biasanya dua hingga empat senar.
Beberapa ahli etnomusikologi meyakini bahwa instrumen seperti Arbab adalah bagian dari garis keturunan instrumen gesek yang menyebar dari Asia Tengah ke Timur Tengah. Ketika instrumen ini tiba di Eropa, ia bermetamorfosis menjadi bentuk-bentuk seperti Rebec, dan pada akhirnya, cikal bakal biola modern. Namun, di lingkungan asalnya, Arbab tetap mempertahankan ciri khas akustik dan spiritualnya.
Konstruksi Arbab sangat bergantung pada material lokal yang tersedia. Badan resonator sering kali dibentuk secara organik, memberikan kualitas suara yang hangat dan sedikit kasar, sangat berbeda dengan suara tajam biola modern. Leher (neck) sering kali sederhana dan lurus. Yang menarik, beberapa varian Arbab tidak memiliki fret (seperti biola atau cello), yang memungkinkan pemainnya untuk menghasilkan nada mikrotonal—nada di antara nada standar Barat—yang merupakan ciri khas dalam musik Maqam Arab.
Teknik memainkan Arbab memerlukan keahlian tersendiri. Pemain harus mahir mengendalikan tekanan busur dan posisi jari untuk menekan senar secara presisi di sepanjang leher yang mungkin tanpa penanda. Suara yang dihasilkan Arbab sering digambarkan sebagai suara yang "meratap" atau "berbisik", sangat cocok untuk mengiringi puisi epik atau melodi yang sarat emosi.
Di berbagai komunitas, Arbab memainkan peran yang lebih dari sekadar alat musik. Dalam beberapa tradisi Badui atau masyarakat pedesaan di Maghreb atau Semenanjung Arab, Arbab adalah instrumen penting dalam upacara sosial, perayaan pernikahan, dan penceritaan sejarah lisan. Kemampuannya untuk menghasilkan skala musik yang kaya memungkinkan penyampaian narasi yang mendalam dan nuansa emosional yang kompleks.
Meskipun popularitasnya sedikit meredup seiring dengan masuknya instrumen yang lebih modern seperti oud atau biola standar, upaya pelestarian terus dilakukan oleh para musisi tradisional. Mereka melihat Arbab bukan hanya sebagai artefak masa lalu, tetapi sebagai penjaga otentisitas suara Timur Tengah yang murni. Mempelajari Arbab hari ini adalah upaya untuk menghormati warisan musik yang telah bertahan selama berabad-abad, sebuah jembatan akustik menuju masa lampau yang kaya.
Dalam lanskap musik kontemporer, beberapa musisi eksperimental mencoba mengintegrasikan suara Arbab yang unik ke dalam genre fusion, menciptakan dialog menarik antara tradisi dan modernitas. Suaranya yang earthy dan autentik memberikan tekstur yang tak tertandingi pada komposisi modern, memastikan bahwa melodi kuno ini terus bergema di telinga generasi baru.