Ilustrasi Bahtera Nabi Nuh di Tengah Badai Bahtera Penyelamat

Kisah Peringatan Ilahi: Azab untuk Kaum Nabi Nuh

Kisah Nabi Nuh AS adalah salah satu narasi paling mendalam dalam sejarah agama-agama samawi, yang memberikan peringatan keras mengenai konsekuensi dari pembangkangan terhadap ajaran tauhid. Inti dari kisah ini adalah sebuah peristiwa dahsyat yang menjadi azab untuk kaum Nabi Nuh: Banjir Besar.

Kesesatan Kaum Nuh Sebelum Azab

Nabi Nuh diutus untuk membimbing kaumnya yang telah lama tenggelam dalam penyembahan berhala. Meskipun berdakwah dengan sabar selama ratusan tahun, mayoritas kaumnya menolak seruan untuk meninggalkan sesembahan palsu mereka, seperti Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr. Penolakan mereka bukan hanya sekadar ketidaksetujuan; mereka menunjukkan kesombongan, menuduh Nuh sebagai pendusta, dan bahkan mengancam akan merajamnya jika ia tidak berhenti berdakwah.

Kesombongan ini menjadi benih dari kehancuran mereka. Mereka menganggap diri mereka lebih superior, memiliki harta dan kekuasaan, sehingga merasa tidak memerlukan bimbingan ilahi. Puncak dari pembangkangan ini adalah ketika mereka menutup telinga dan hati mereka, menuntut mukjizat atau bukti yang tidak akan pernah mereka akui meskipun sudah diperlihatkan.

Janji dan Perintah Pembuatan Bahtera

Setelah kesabaran Nabi Nuh mencapai batasnya dan atas izin Allah SWT, datanglah wahyu yang memberitahukan bahwa azab akan segera tiba. Azab ini tidak datang dalam bentuk wabah penyakit atau gempa bumi biasa, melainkan dalam bentuk hukuman yang meliputi seluruh permukaan bumi. Hukuman ini dipersiapkan secara spesifik: azab untuk kaum Nabi Nuh adalah air bah yang melenyapkan semua makhluk hidup yang menolak iman.

Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun sebuah bahtera (kapal besar) yang kokoh, jauh dari lingkungan yang terbiasa dengannya—yaitu di daratan yang kering. Proses pembangunan ini sendiri adalah bagian dari ujian kesabaran bagi Nuh dan cemoohan bagi kaumnya yang menganggapnya gila karena membangun kapal di tengah gurun atau dataran jauh dari laut.

Detail Azab yang Menghancurkan

Ketika waktu yang dijanjikan tiba, manifestasi azab itu dimulai dengan tanda-tanda alam yang luar biasa. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa air mulai memancar deras dari dapur bumi (mata air di bawah tanah) dan langit pun dicurahkan hujan yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Intensitas hujan dan semburan air dari bawah tanah bersatu menciptakan kondisi yang mustahil untuk dihindari.

Sementara dunia di luar bahtera berubah menjadi lautan yang ganas, Nabi Nuh beserta pengikutnya—hanya sebagian kecil dari kaumnya yang beriman, termasuk keluarganya (kecuali istri dan salah satu putranya) serta sepasang dari setiap jenis hewan—berada dalam perlindungan Ilahi. Bahtera itu mengapung di atas gelombang setinggi gunung. Inilah puncak dari azab untuk kaum Nabi Nuh; mereka yang mengejek kini tenggelam tanpa ampun dalam keganasan air bah yang diciptakan oleh murka Tuhan atas kekafiran mereka.

Pelajaran dari Banjir Besar

Kisah ini mengajarkan bahwa kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran akan selalu berujung pada konsekuensi yang berat. Banjir besar bukan hanya sebuah hukuman fisik, tetapi juga pembersihan moral dari muka bumi yang telah tercemar oleh kebejatan. Allah menunjukkan bahwa kekuasaan-Nya jauh melampaui batas logika manusia yang mengandalkan kekuatan materi semata.

Bagi mereka yang taat, seperti Nabi Nuh, ujian terberat justru menjadi jalan menuju keselamatan dan dimulainya peradaban baru setelah bencana. Kisah ini abadi sebagai pengingat bahwa peringatan dari para Nabi harus ditanggapi dengan serius, karena setiap penundaan iman dapat berujung pada penyesalan yang tidak terpulihkan saat waktu penyelamatan telah berlalu.

🏠 Homepage