Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW. Salah satu tradisi yang sering dilakukan adalah pembacaan teks maulid, dan Maulid Al Azab (sering disebut juga Diba'i atau Barzanji tergantung konteks lokal) menjadi pilihan populer karena nadanya yang merdu dan isinya yang sarat makna puitis tentang sirah Nabi.
Pembacaan Maulid Al Azab, sebagaimana teks maulid lainnya, bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan (mahabbah) kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Selain itu, tradisi ini berfungsi sebagai sarana edukasi untuk menyebarkan kisah hidup beliau, tantangan yang dihadapi, hingga kemuliaan akhlaknya. Melalui lantunan yang indah, hati terasa lebih terenyuh dan lebih mudah menerima pesan-pesan keteladanan Nabi.
Secara spiritual, kegiatan ini diyakini membawa keberkahan bagi yang hadir dan menyelenggarakannya. Banyak riwayat yang menyebutkan keutamaan bershalawat dan mengingat Rasulullah. Maulid Al Azab disusun dengan bahasa Arab yang indah dan kaya akan majas, sehingga membacanya secara berjamaah menjadi pengalaman spiritual yang mendalam.
Meskipun redaksi bisa sedikit bervariasi antar daerah atau tarekat, umumnya teks Maulid Al Azab terstruktur dengan baik. Bagian awal biasanya diawali dengan pembukaan (muqaddimah) yang memuji Allah SWT dan bershalawat. Puncak dari bacaan ini adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang digambarkan penuh kemuliaan dan keajaiban.
Bagian inti akan memuat narasi kronologis perjalanan hidup Nabi, mulai dari masa kecil, pengangkatannya sebagai Rasul, perjuangannya menyebarkan ajaran Islam di Mekkah, hingga hijrah ke Madinah dan wafatnya. Penggunaan qosidah atau syair yang berirama memudahkan hadirin untuk mengikuti dan merespons dengan shalawat secara serempak.
Penting untuk dicatat bahwa pembacaan ini bukan sekadar membaca teks, tetapi seringkali melibatkan seni lantunan (tarjimah atau qira'ah) yang memerlukan pemahaman terhadap notasi atau irama yang telah ditetapkan secara turun-temurun. Oleh karena itu, mencari teks yang disertai panduan pelafalan sangat membantu pemula.
Untuk mendapatkan kekhusyukan maksimal saat membaca atau mendengarkan Maulid Al Azab, persiapan fisik dan spiritual perlu dilakukan. Pastikan tempat pembacaan bersih dan kondusif. Peserta dianjurkan untuk berwudhu karena menghormati majelis ilmu dan dzikir.
Siapkan mushaf Maulid Al Azab (buku teks). Jika Anda yang bertugas membacakan, latih dahulu bagian-bagian yang memerlukan intonasi khusus. Kehadiran dengan niat tulus semata-mata mencari ridha Allah dan kecintaan kepada Rasulullah adalah kunci utama diterimanya amalan ini. Jangan terburu-buru; nikmati setiap bait pujian yang disajikan.
Ulama Sunni sepakat bahwa mencintai Nabi SAW adalah kewajiban, dan segala bentuk kecintaan yang diwujudkan melalui shalawat dan mengingat ajarannya adalah ibadah yang berpahala. Majelis Maulid Al Azab menjadi wadah komunal untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah. Ketika umat berkumpul atas dasar kecintaan kepada Nabi, Allah SWT menurunkan rahmat dan ketenangan (sakinah).
Bahkan, dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang paling dekat dengannya di hari kiamat adalah mereka yang paling banyak bershalawat kepadanya. Oleh karena itu, menjadikan pembacaan Maulid Al Azab sebagai rutinitas adalah investasi spiritual yang sangat berharga. Ini adalah cara yang indah untuk meneladani para sahabat yang selalu merindukan setiap jejak langkah Sang Nabi Agung.
Meskipun teksnya panjang, durasi pembacaan yang teratur (misalnya sebulan sekali atau saat momen-momen besar Islam) akan membuat familiaritas dengan isi Maulid Al Azab semakin dalam. Selamat mengamalkan dan semoga kita semua senantiasa mendapatkan syafaat beliau.