Dalam industri peternakan unggas, terdapat dua jenis ayam komersial utama yang sangat berbeda dalam tujuan pemeliharaannya: ayam broiler dan ayam petelur. Meskipun keduanya berasal dari spesies yang sama (Gallus gallus domesticus), seleksi genetik yang ketat telah menghasilkan dua fenotipe (karakteristik fisik) dan fisiologi yang sangat berbeda. Memahami perbedaan ini sangat penting bagi peternak untuk memastikan manajemen pakan, kandang, dan kesehatan yang sesuai dengan tujuan produksi masing-masing.
Secara umum, ayam broiler dipelihara untuk produksi daging dalam waktu singkat, sementara ayam petelur fokus pada produksi telur secara berkelanjutan selama periode waktu yang lebih panjang. Perbedaan mendasar ini memengaruhi hampir setiap aspek budidaya mereka.
Ilustrasi perbandingan bentuk fisik ayam broiler (kiri) dan ayam petelur (kanan).
| Karakteristik | Ayam Broiler (Pedaging) | Ayam Petelur (Layer) |
|---|---|---|
| Tujuan Utama | Mencapai bobot potong optimal (2-3 kg) secepat mungkin. | Memproduksi telur sebanyak mungkin selama periode bertelur. |
| Laju Pertumbuhan | Sangat cepat. Siklus panen biasanya 30-40 hari. | Lambat. Pertumbuhan berat badan terjadi perlahan. |
| Efisiensi Pakan (FCR) | Sangat tinggi, dirancang untuk mengkonversi pakan menjadi daging. | Rendah, energi difokuskan pada pembentukan telur. |
| Bobot Badan Dewasa | Berat dan besar (sekitar 2-3 kg). | Ramping dan kecil (sekitar 1.5-2.5 kg). |
| Kebutuhan Nutrisi | Protein tinggi untuk perkembangan otot. | Kalsium tinggi untuk pembentukan cangkang telur. |
| Aktivitas | Cenderung kurang aktif karena bobot badan yang besar. | Sangat aktif dan membutuhkan ruang gerak lebih. |
Perbedaan antara kedua jenis ayam ini adalah hasil dari program pemuliaan selektif selama beberapa dekade. Ayam broiler modern dikembangkan dari galur genetik yang dikenal sebagai ayam Cornish Cross, yang menunjukkan laju pertumbuhan luar biasa dan konversi pakan yang efisien. Mereka memiliki metabolisme yang tinggi untuk penimbunan daging, terutama di bagian dada. Karena pertumbuhan yang sangat cepat, mereka rentan terhadap masalah kaki dan jantung jika manajemen lingkungan tidak optimal.
Sebaliknya, ayam petelur, yang seringkali berasal dari galur Leghorn (untuk putih) atau Rhode Island Red (untuk cokelat), memiliki fisiologi yang diarahkan untuk menghasilkan telur. Setelah mencapai usia dewasa (sekitar 18-20 minggu), seekor ayam petelur komersial yang sehat dapat menghasilkan antara 25 hingga 30 butir telur per bulan, tergantung strain dan manajemennya. Tubuh mereka dirancang untuk efisiensi energi dalam proses oogenesis (pembentukan telur).
Karena perbedaan tujuan ini, lingkungan pemeliharaan harus sangat berbeda. Broiler memerlukan suhu dan kepadatan kandang yang ketat untuk memaksimalkan pertambahan berat badan harian tanpa stres. Sementara itu, ayam petelur, terutama yang dipelihara dalam sistem baterai (meskipun kini banyak beralih ke sistem kandang baterai yang ditingkatkan/enriched cage atau cage-free), memerlukan pencahayaan yang dikontrol secara cermat untuk merangsang atau mempertahankan puncak produksi telur mereka. Ketersediaan kalsium dalam diet mereka adalah faktor kritis; kekurangan kalsium dapat menyebabkan cangkang telur tipis atau bahkan kelumpuhan.
Singkatnya, ayam broiler adalah sprinter dalam dunia unggas yang bertujuan mencapai hasil daging maksimal dalam waktu minimal, sementara ayam petelur adalah pelari maraton yang fokus pada produksi telur yang stabil dan berkelanjutan. Keduanya adalah pilar penting dalam rantai pasok pangan global, masing-masing memiliki keunggulan spesifik yang dibentuk oleh seleksi genetik yang berbeda.