Dalam urutan mushaf, setelah kita menamatkan membaca Surah Al-Zumar (surah ke-39), pembacaan kita akan dilanjutkan ke surah berikutnya. Surah yang berada tepat setelah Al-Zumar adalah Surah Fussilat, yang juga dikenal dengan nama lain Ha Mim As-Sajdah. Surah ini merupakan surah ke-41 dalam susunan mushaf Utsmani dan tergolong dalam surah Makkiyah, yang berarti sebagian besar ayatnya diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Surah Fussilat memiliki keunikan tersendiri, terutama karena pembukaan ayat-ayatnya yang dimulai dengan huruf-huruf terpisah (Muqatta'at), yaitu Ha Mim. Kehadiran surah ini setelah Al-Zumar memberikan kesinambungan tematik yang kuat mengenai keesaan Allah, kebenaran Al-Qur'an, dan peringatan bagi orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat-Nya.
Nama "Fussilat" diambil dari ayat pertamanya yang berarti "dijelaskan secara rinci" atau "diperincikan." Tema utama surah ini berpusat pada penekanan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan dengan kejelasan yang luar biasa. Ayat-ayatnya memerinci tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, bukti adanya penciptaan, serta konsekuensi dari perbuatan manusia di dunia dan akhirat.
Salah satu pesan inti yang disampaikan dalam Surah Fussilat adalah tentang bagaimana Al-Qur'an diperlakukan oleh manusia. Allah menegaskan bahwa ayat-ayat-Nya jelas—terperinci (Fussilat) bagi orang yang mau berpikir, namun menjadi asing dan berat bagi mereka yang hatinya tertutup. Hal ini mencerminkan kontras antara mereka yang menerima petunjuk dengan lapang dada dan mereka yang menolak kebenaran meskipun bukti-bukti telah disajikan secara gamblang.
Karena mengandung ayat sajdah (ayat yang mengharuskan sujud tilawah), surah ini sering juga disebut Ha Mim As-Sajdah. Sujud tilawah adalah bentuk kerendahan hati seorang hamba kepada Rabb-nya ketika membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an. Ayat Sajdah dalam Fussilat terletak pada ayat ke-38, yang menegaskan bahwa malaikat-malaikat yang berada di sisi Allah selalu bertasbih siang dan malam tanpa pernah merasa letih, dan mereka selalu bersujud kepada Allah.
Membaca Surah Fussilat, seperti surah-surah lainnya, mengandung pahala yang besar. Namun, secara khusus, pemahaman terhadap makna surah ini dapat mendorong seorang Muslim untuk lebih merenungkan bagaimana ia merespons wahyu. Apakah ia termasuk golongan yang merasa ayat-ayat itu jelas dan mudah dipahami, ataukah ia merasa ayat-ayat itu memberatkan karena kesombongan dan penolakan batin?
Di pertengahan surah, terdapat pengulangan kisah kenabian, khususnya peringatan kepada kaum 'Ad. Kisah ini berfungsi sebagai penguat pesan bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan umat yang menolak utusan-Nya tanpa hukuman, terutama jika mereka telah diberikan peringatan yang jelas dan bukti-bukti yang nyata. Kisah ini menjadi analogi bagi tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah-Nya kepada kaum musyrikin Makkah.
Ketika membahas surah setelah Al-Zumar ini, penting untuk dicatat bahwa Fussilat juga menyinggung tentang bagaimana setan berusaha menggoda manusia. Setan membisikkan keraguan dan kesesatan, membuat manusia lupa akan pertanggungjawaban mereka di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, kesadaran akan kejelasan Al-Qur'an (Fussilat) adalah benteng terbaik melawan tipu daya setan.
Surah Fussilat adalah undangan kuat untuk melakukan perenungan mendalam. Allah SWT menyajikan bukti penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan bahkan proses penciptaan manusia itu sendiri, semuanya sebagai dalil atas keagungan-Nya. Bagi mereka yang merenungi, ayat-ayat ini akan memunculkan rasa takut sekaligus cinta yang mendalam kepada Sang Pencipta.
Dengan demikian, ketika kita menyelesaikan pembacaan Surah Al-Zumar yang berbicara tentang keselamatan dan pertobatan di hari kiamat, kita langsung disambut oleh Surah Fussilat yang menegaskan bahwa jalan menuju keselamatan itu telah dijelaskan dengan detail. Mempelajari surah yang berada setelah Al-Zumar ini memberikan landasan kuat bahwa kebenaran itu nyata, jelas, dan menuntut respons aktif dari setiap individu yang membacanya.