Demam (pireksia) merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Meskipun seringkali merupakan mekanisme pertahanan, demam tinggi yang persisten dapat menyebabkan ketidaknyamanan signifikan dan bahkan komplikasi, terutama pada pasien anak-anak, lansia, atau mereka dengan kondisi medis tertentu. Dalam situasi akut di mana penurunan suhu tubuh cepat sangat diperlukan, antipiretik injeksi menjadi pilihan terapi yang vital.
Berbeda dengan sediaan oral, formulasi injeksi memungkinkan obat bekerja lebih cepat karena diserap langsung ke dalam aliran darah (intravena atau intramuskular), melewati proses absorpsi awal di saluran pencernaan. Penggunaan antipiretik injeksi umumnya terbatas pada lingkungan klinis—rumah sakit atau fasilitas darurat—di mana pemantauan ketat dapat dilakukan.
Ilustrasi kecepatan aksi antipiretik injeksi.
Jenis Umum Antipiretik yang Tersedia dalam Bentuk Injeksi
Beberapa kelas obat antipiretik utama dapat diberikan melalui rute injeksi, terutama ketika pasien tidak dapat menelan obat atau membutuhkan respons cepat. Pilihan obat sangat tergantung pada penyebab demam dan riwayat alergi pasien.
Parasetamol (Acetaminophen): Formulasi intravena dari parasetamol semakin populer karena profil keamanannya yang baik dan kemampuannya untuk menurunkan demam secara efektif tanpa banyak efek samping gastrointestinal yang terkait dengan NSAID. Ini sering digunakan sebagai terapi lini pertama pada demam tinggi akut.
Metamizol (Dipyrone): Meskipun penggunaannya dibatasi di beberapa negara karena risiko agranulositosis yang sangat jarang, Metamizol tetap merupakan antipiretik injeksi yang sangat kuat dan umum digunakan di banyak wilayah lain, terutama untuk demam yang sangat tinggi atau nyeri hebat yang menyertai demam.
Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID): Beberapa NSAID, seperti Ketorolac (meskipun lebih dikenal sebagai analgesik kuat), dapat memiliki efek antipiretik signifikan. Penggunaannya memerlukan kehati-hatian, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal atau riwayat tukak lambung.
Indikasi Kunci Penggunaan Antipiretik Injeksi
Keputusan untuk menggunakan antipiretik injeksi harus didasarkan pada penilaian klinis yang cermat. Indikasi utama meliputi:
Demam Tinggi Refrakter: Ketika demam melebihi 39.5°C atau 40°C dan tidak merespons dosis maksimal obat oral.
Intoleransi Oral: Pasien yang mengalami muntah terus-menerus atau tidak sadar sehingga tidak bisa menerima pengobatan melalui mulut.
Kondisi Darurat: Seperti demam ensefalitis, meningitis, atau hipertermia maligna, di mana penurunan suhu yang cepat sangat krusial untuk mencegah kerusakan otak atau organ vital lainnya.
Pascaoperasi Segera: Untuk mengontrol demam awal pascaoperasi yang mungkin disebabkan oleh respons inflamasi pembedahan.
Pertimbangan Keamanan dan Monitoring
Meskipun efektif, pemberian antipiretik injeksi membawa risiko inheren yang terkait dengan prosedur invasif dan potensi efek samping obat yang lebih cepat muncul. Tenaga medis harus selalu memastikan teknik aseptik yang benar saat memberikan suntikan.
Monitoring ketat diperlukan setelah pemberian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Reaksi Hipersensitivitas: Reaksi alergi mendadak, meskipun jarang, bisa terjadi, terutama dengan Metamizol atau NSAID.
Hipotensi: Pemberian cepat beberapa obat IV dapat menyebabkan penurunan tekanan darah mendadak. Oleh karena itu, laju infus harus dikontrol.
Efek Samping Spesifik Obat: Pemantauan fungsi hati (untuk parasetamol dosis tinggi) atau fungsi ginjal (untuk NSAID) harus dipertimbangkan.
Setelah suhu tubuh berhasil dikendalikan dan pasien mampu menoleransi asupan oral, transisi dari antipiretik injeksi ke terapi oral atau suppositoria biasanya dilakukan untuk melanjutkan manajemen demam di luar fase akut. Pemilihan rute pemberian dan jenis obat selalu berada di bawah pengawasan dokter.