Ayam broiler secara genetika dikembangbiakkan untuk tujuan utama yaitu pertumbuhan massa otot yang cepat, bukan untuk produksi telur yang maksimal. Oleh karena itu, memaksakan ayam broiler untuk bertelur secara efisien bertentangan dengan sifat alami pembiakannya. Namun, dalam konteks peternakan skala kecil atau jika ada kebutuhan mendesak, ada beberapa kondisi manajemen yang perlu dioptimalkan agar ayam broiler (terutama ayam yang telah melewati masa panen ideal) dapat menunjukkan potensi reproduksinya.
Pemahaman mendasar ini penting: ayam broiler komersial cenderung berhenti bertelur atau menghasilkan telur yang sangat sedikit setelah usia 8 hingga 10 minggu karena fokus tubuh mereka adalah pada pembentukan daging.
Ilustrasi kebutuhan pejantan dan betina untuk reproduksi.
1. Pemilihan Ayam yang Tepat (Sistem Persilangan)
Secara alami, ayam broiler jarang bertelur dalam jumlah signifikan karena program pembiakannya fokus pada daging. Jika Anda ingin mencoba memproduksi telur dari lini broiler, Anda harus menggunakan ayam yang sudah cukup umur, yaitu melewati fase pertumbuhan cepat (biasanya di atas 12 minggu). Namun, perlu diingat, efisiensi telur ayam broiler jauh di bawah ayam petelur murni (Layer).
Untuk produksi telur tetas, Anda membutuhkan campuran ayam jantan (pejantan) dan ayam betina (induk).
- Rasio Jantan dan Betina: Idealnya, pertahankan rasio 1 jantan untuk setiap 8 hingga 10 betina. Kelebihan jantan dapat menyebabkan stres pada betina dan persilangan yang tidak efisien.
- Usia Dewasa: Pastikan ayam sudah mencapai kematangan seksual. Untuk banyak galur broiler yang dipelihara melebihi siklus panen, ini terjadi sekitar usia 5-7 bulan, meskipun produksi telur mungkin sudah menurun drastis.
2. Nutrisi Khusus untuk Produksi Telur
Perubahan nutrisi adalah kunci utama untuk mengalihkan fokus metabolisme ayam dari pembentukan otot menjadi pembentukan telur. Pakan broiler finisher sangat kaya protein dan energi untuk pertumbuhan, yang tidak optimal untuk telur.
Ketika ayam mulai menunjukkan tanda-tanda siap bertelur (biasanya setelah usia 5 bulan jika dipelihara), mereka harus dialihkan ke pakan yang sesuai:
- Kalsium (Ca): Ini adalah komponen vital cangkang telur. Kebutuhan kalsium harus ditingkatkan secara signifikan, seringkali mencapai 3,5% hingga 4% dari total pakan. Sediakan sumber kalsium terpisah seperti kulit kerang giling (grit).
- Protein: Turunkan sedikit protein dibandingkan pakan broiler grower, menjadi sekitar 16-18%, namun pastikan asam amino esensial seperti Metionin dan Lisin terpenuhi untuk kualitas isi telur.
- Fosfor (P): Rasio Kalsium terhadap Fosfor harus dijaga seimbang, biasanya sekitar 2:1.
- Vitamin D: Penting untuk membantu penyerapan Kalsium.
3. Lingkungan dan Manajemen Kandang
Kondisi kandang sangat memengaruhi respons hormonal ayam terhadap produksi telur. Stres lingkungan adalah pembunuh utama produksi telur, bahkan pada ayam petelur murni, apalagi pada broiler yang sensitif.
- Pencahayaan (Fotoperiode): Ayam membutuhkan durasi cahaya yang panjang untuk merangsang produksi hormon reproduksi. Minimal 14 hingga 16 jam cahaya per hari sangat disarankan. Cahaya harus terang dan konsisten.
- Kepadatan: Jaga kepadatan kandang tetap rendah. Broiler yang terbiasa dengan ruang luas akan sangat stres jika terlalu padat, yang menghambat mereka untuk bergerak mencari pakan kalsium atau kawin.
- Kandang Khusus: Sediakan sarang (nest box) yang bersih, gelap, dan nyaman (minimal 1 kotak untuk setiap 4-5 betina).
- Temperatur: Usahakan suhu kandang tetap stabil, idealnya antara 21°C hingga 26°C. Suhu ekstrem akan mengalihkan energi ayam untuk termoregulasi, bukan bertelur.
4. Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Ayam broiler rentan terhadap masalah metabolisme dan jantung jika dipelihara melebihi masa panen konvensional. Program vaksinasi dan biosekuriti yang ketat harus dilanjutkan.
Perhatikan tanda-tanda penyakit pernapasan atau koksidiosis, karena penyakit akan langsung menghentikan siklus bertelur. Jika ayam sakit, prioritaskan pengobatan daripada usaha memaksa produksi telur.
Kesimpulan tentang Ayam Broiler dan Telur
Meskipun secara teknis memungkinkan ayam broiler menghasilkan telur dengan modifikasi pakan dan lingkungan yang intensif, hasilnya tidak akan pernah sebanding dengan ayam petelur yang memang didesain untuk tujuan tersebut. Upaya ini lebih merupakan eksperimen atau cara memanfaatkan ayam yang kelebihan bobot atau terlalu tua untuk pasar daging, bukan sebagai sumber pendapatan utama dari telur.
Fokus utama peternakan broiler tetaplah pada pertumbuhan daging yang efisien dalam jangka waktu 5-7 minggu. Manajemen yang tepat dalam konteks ini berarti menjaga kesehatan mereka hingga mencapai bobot pasar yang diinginkan.