Dalam dunia militer, penampilan adalah cerminan dari disiplin dan kesiapan. Setiap elemen penampilan seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) diatur dengan ketat, mulai dari kerapian seragam hingga tata rambut. Di sinilah peran pomad TNI menjadi sangat krusial. Pomad, atau minyak rambut, bukan sekadar produk penataan gaya; ia adalah alat wajib untuk memastikan setiap prajurit menampilkan citra profesionalisme yang tegak lurus sesuai standar kedinasan.
Aturan mengenai potongan rambut bagi anggota TNI—baik Angkatan Darat, Laut, maupun Udara—secara umum menekankan pada model cepak atau pendek yang rapi. Tujuannya jelas: menghindari kesan rambut gondrong yang dianggap tidak praktis, mengganggu saat menggunakan helm atau perlengkapan tempur, serta melambangkan kepatuhan pada hierarki dan tatanan. Untuk mempertahankan potongan yang ‘on point’ sepanjang hari, terutama dalam kondisi lapangan yang menantang, dibutuhkan produk penataan yang kuat dan tahan lama.
Pomad TNI yang ideal harus mampu memberikan daya rekat (hold) tinggi tanpa membuat rambut terlihat terlalu mengkilap atau berminyak layaknya pomad gaya klasik. Meskipun banyak produk komersial yang tersedia, produk yang digunakan atau direkomendasikan di lingkungan militer cenderung berfokus pada hasil akhir yang lebih natural namun tetap solid—sebuah keseimbangan antara tampilan yang tegas dan fungsionalitas yang tinggi.
Apa yang membedakan pomad yang biasa digunakan di kalangan sipil dengan yang relevan bagi institusi militer? Jawabannya terletak pada formulasi dan hasil akhir.
Meskipun ada pilihan lain seperti gel rambut, pomad sering kali dipilih karena sifatnya yang lebih fleksibel. Gel cenderung mengering dan dapat menyebabkan rambut terasa kaku seperti helm permanen, bahkan bisa menimbulkan serpihan putih (flaking). Sebaliknya, pomad, terutama yang berbasis lilin atau krim, memungkinkan penataan ulang minor tanpa merusak struktur dasar potongan rambut cepak. Ini sangat penting ketika seorang prajurit perlu memastikan penampilannya sempurna sebelum mengikuti apel atau inspeksi mendadak.
Penggunaan pomad ini juga menjadi bagian dari proses internalisasi nilai. Ketika seorang prajurit secara sadar merapikan rambutnya setiap pagi, ia secara tidak langsung sedang menegaskan komitmennya terhadap kedisiplinan diri. Produk ini menjadi simbol kecil bahwa mereka siap dan terorganisir, siap menerima perintah kapan saja tanpa hambatan penampilan.
Meskipun tradisi militer sangat kuat, tren penataan rambut sipil juga perlahan memberikan pengaruh, terutama pada satuan-satuan yang lebih sering berinteraksi dengan publik atau memiliki tugas khusus. Namun, garis batas antara gaya modern dan tuntutan kedisiplinan selalu dijaga ketat. Pomad yang digunakan mungkin berevolusi dari minyak kelapa tradisional atau produk berbasis lemak hewani di masa lampau menjadi formula modern berbahan dasar air atau lilin lebah yang lebih canggih. Intinya tetap sama: rambut harus rapi, pendek, dan tidak mengalihkan fokus dari tugas utama. Bagi anggota TNI, pomad adalah bagian integral dari seragam tidak tertulis yang harus selalu mereka kenakan.
Singkatnya, pomad TNI adalah alat bantu esensial yang menjembatani antara persyaratan formal kedisiplinan militer dan kebutuhan praktis menjaga kerapian penampilan di bawah berbagai kondisi operasional.