Kisah Nabi Luth (Lot) dan kaumnya yang terkenal dengan perbuatan keji (homoseksualitas) adalah salah satu narasi paling dramatis dalam sejarah kenabian. Allah SWT mengutus Nabi Luth untuk memberikan peringatan keras kepada penduduk Sodom dan Gomora agar menghentikan kebejatan moral yang telah merajalela di tengah mereka. Namun, kaum tersebut menolak dakwahnya, bahkan menantang azab yang dijanjikan.
Penolakan ini bukan sekadar ketidakpercayaan biasa, melainkan bentuk kesombongan dan penegasan diri bahwa mereka merasa lebih benar daripada ajaran ilahi. Mereka menganggap ajaran Luth sebagai sesuatu yang baru dan tidak perlu diikuti. Firman Allah dalam Al-Qur'an secara jelas menggambarkan betapa parahnya kerusakan akhlak yang terjadi di kota-kota tersebut, di mana laki-laki mendatangi sesama laki-laki dengan nafsu, meninggalkan wanita yang diciptakan halal bagi mereka.
Peringatan Sebelum Turunnya Bencana
Nabi Luth berulang kali memperingatkan mereka, menjelaskan konsekuensi dari perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Peringatan ini disertai dengan janji akan datangnya siksa yang pedih jika mereka tidak bertobat. Namun, respons kaumnya adalah ejekan dan ancaman. Mereka justru meminta agar azab itu segera diturunkan jika Nabi Luth benar-benar jujur.
Ilustrasi simbolis kehancuran kota Sodom.
Detail Azab yang Mengerikan
Ketika mereka sudah melewati batas kesabaran Allah, azab pun datang dalam bentuk yang spesifik dan menghancurkan. Berdasarkan riwayat, azab ini melibatkan tiga elemen utama:
- Pembalikan Kota: Kota-kota tempat kaum Luth bermukim (terutama Sodom dan Gomora) dibalikkan dari atas ke bawah. Ini adalah kehancuran total yang tidak meninggalkan jejak peradaban mereka.
- Hujan Batu (Sijill): Bersamaan dengan pembalikan itu, Allah menghujani mereka dengan batu-batu dari tanah yang terbakar (Sijjīl). Batu-batu ini bukan batu biasa, melainkan batu panas yang menghancurkan mereka secara fisik.
- Kepunahan Total: Azab ini bersifat final. Kaum tersebut dimusnahkan tanpa ada satu pun yang selamat, kecuali Nabi Luth, keluarganya (kecuali istrinya), dan orang-orang yang beriman yang telah diperintahkan untuk meninggalkan daerah tersebut sebelum siksa tiba.
Ayat-ayat Al-Qur'an menggambarkan peristiwa ini sebagai "balasan yang jelas" bagi kaum yang melampaui batas. Kehancuran itu begitu dahsyat sehingga daerah bekas pemukiman mereka menjadi sebuah dataran rendah yang ditandai oleh bencana alam yang ekstrem, seperti Laut Mati saat ini, yang menjadi saksi bisu atas keangkuhan kaum tersebut.
Istri Nabi Luth: Pelajaran dari Dalam Keluarga
Salah satu aspek paling menyedihkan dari azab ini adalah nasib istri Nabi Luth. Meskipun hidup bersama seorang Nabi dan mendengar semua peringatan, istri Nabi Luth memilih untuk tetap tinggal bersama kaumnya dan tidak mematuhi perintah suaminya untuk beriman dan meninggalkan kota. Konsekuensinya, ia ikut menanggung azab tersebut dan dihancurkan bersama kaum kafir lainnya.
Kisah ini memberikan pelajaran mendalam bahwa kedekatan hubungan dengan orang yang benar tidak menjamin keselamatan jika seseorang tidak memiliki keyakinan dan ketaatan pribadi kepada Allah. Istrinya menjadi contoh bahwa perbuatan maksiat dan pengkhianatan terhadap prinsip kebenaran akan membawa konsekuensi yang setimpal, bahkan bagi mereka yang terlihat berada di lingkungan yang suci.
Refleksi dan Pelajaran Abadi
Azab yang diterima kaum Nabi Luth adalah demonstrasi tegas bahwa Allah tidak menoleransi pelanggaran serius terhadap fitrah manusia dan hukum moralitas yang ditetapkan-Nya. Kisah ini berfungsi sebagai peringatan abadi bagi setiap generasi. Ia mengajarkan tentang pentingnya menjaga kesucian diri, mengikuti petunjuk rasul, dan menghindari perbuatan keji yang dapat memicu murka Tuhan.
Penghancuran Sodom dan Gomora bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah cetak biru tentang bagaimana kegagalan dalam menjaga moralitas dan penolakan terhadap kebenaran akan selalu berujung pada kehancuran, baik secara fisik maupun spiritual. Kaum Luth membuktikan bahwa ketika kerusakan moral telah mengakar kuat dan menjadi norma, siksa ilahi adalah harga yang harus dibayar mahal.